Harian Amerika Serikat, Washington Post pada hari Kamis (9/11/2017) waktu setempat melaporkan bahwa Kementerian Luar Negeri AS memiliki rencana untuk berdialog langsung dengan Korea Utara asalkan Korut menghentikan provokasi nuklir dan rudalnya selama 60 hari.

Kolumnis WP Joshi Rogin, dalam kolomnya berjudul 'perencanaan internal untuk menyukseskan negosiasi dengan Korut', mengungkapkan pernyataan Joseph Yun, Perwakilan Khusus Kebijakan terhadap Korea Utara di Kementerian Luar Negeri AS, dalam sebuah acara Dewan Hubungan Luar Negeri (CFR) pada tanggal 30 Oktober lalu.

Pada acara itu, Yun mengatakan, jika Korut menghentikan uji coba nuklir dan rudal selama 60 hari, hal itu menjadi isyarat bahwa AS perlu melakukan pembicaraan langsung dengan Korut.

Yun tidak menyatakan sikap terkait ungkapannya itu, tapi sebuah sumber berita pemerintah AS menyatakan bahwa ungkapan Yun itu sama dengan ungkapan Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson yang pernah disampaikan dalam acara resmi selama ini. 

Namun, sumber berita itu menjelaskan, karena belum ada informasi jelas tentang alasan Korut tidak melakukan provokasi baru-baru ini, Kemenlu AS belum memulai rencana 'waktu 60 hari' itu.

Pernyataan Yun ini diperhatikan karena dikeluarkan setelah Trump mengatakan 'Korut memperlihatkan gerakan tertentu' pada jumpa pers usai KTT Korsel dan AS tanggal 7 November lalu.

WP menilai, meski ada banyak halangan untuk AS memulai pembicaraan langsung dengan Korut, dukungan Trump untuk pembicaraan dengan Korut menyediakan kesempatan bagi para diplomat untuk memulai proses berdialog dengan negara komunis itu. 

Namun demikian, terkait berita WP itu, Kemenlu AS secara resmi menyatakan bahwa belum waktunya untuk berdialog dengan Korut.