Terdapat analisis dari militer Korea Selatan yang menyebut bahwa Korea Utara telah mengoperasikan pabrik produksi senjata untuk diekspor ke Rusia dengan intensitas tinggi.

Diketahui saat ini hanya 30% dari ratusan pabrik produk militer Korea Utara yang dioperasikan, namun pabrik produksi senjata untuk diekspor ke Rusia dioperasikan secara penuh. 

Menteri Pertahanan Korea Selatan Shin Won-sik menyatakan, bahwa jumlah kontainer yang diangkut dari Korea Utara ke Rusia mencapai 6.700 unit selama 6 bulan terakhir. Hal tersebut berarti, jutaan unit amunisi telah dikirimkan ke Rusia dengan sekitar 3 juta unit amunisi berkuran 152 mm, dan lebih dari 500 ribu unit amunisi berukuran 122 mm. 

Sebagai balasan ekspor senjata ke Rusia, bahan baku dan suku cadang yang digunakan dalam pembuatan senjata serta bahan pangan dikirimkan dari Rusia ke Korea Utara. Sehingga tidak heran, harga bahan pangan di Korea Utara tetap terjaga dengan stabil. 

Menteri Shin berpendapat bahwa ketergantungan amunisi buatan Korea Utara oleh Rusia semakin tinggi, dan transfer teknologi terkait satelit oleh Rusia ke Korea Utara juga turut meningkat. 

Ditambahkan pula, otoritas militer Korea Selatan tetap mencermati uji coba terkait rudal jelajah yang dilaksanakan, sebagai uji coba senjata yang diekspor ke Rusia dan provokasi terhadap Korea Selatan. 

Selain itu, ia menganalisis bahwa pengembangan rudal permukaan ke laut Korea Utara dilakukan untuk melengkapi kekuatan militer Angkatan Lautnya yang masih kurang dibandingkan Korea Selatan. 

Sementara itu, satelit mata-mata militer Korea Utara Malligyong-1 tetap mengorbit, namun tidak dijelaskan terkait tugas pengintaiannya. 

Militer Korea Selatan memperkirakan bahwa ada potensi Korea Utara akan meluncurkan satelit mata-mata tahap keempat menjelang bulan April mendatang.