Jelang perjalanan diplomatik pada pekan ini, Presiden Yoon Suk Yeol mengatakan bahwa dirinya akan mendesak komunitas internasional untuk bekerja sama demi menciptakan denuklirisasi Korea Utara.

Terlebih lagi Yoon juga menyerukan agar Beijing harus memainkan peranannya yang konstruktif dalam proses denuklirisasi Korea Utara bahkan untuk kepentingan nasional Cina sendiri. 

Presiden Yoon membuat pernyataan tersebut dalam wawancara dengan media luar negeri pada hari Senin (04/09), sehari sebelum keberangkatannya menuju ke Jakarta, Indonesia pada hari Selasa (05/09) besok untuk menghadiri forum ASEAN, serta kunjungan ke New Delhi India untuk menghadiri KTT G20.

Yoon memilih peningkatan kerja sama dan tanggapan masyarakat internasional untuk melawan provokasi nuklir dan misil Korea Utara sebagai agenda utama selama perjalanannya kali ini. 

Dalam wawancara dengan AP, Presiden Yoon mengungkapkan bahwa resolusi dunia internasional untuk mencegah upaya pengembangan nuklir Korea Utara harus dipaparkan lebih kuat dari keinginan rezimnya. 

Terlebih lagi dia mengatakan bahwa jika sanksi Dewan Keamanan PBB terhadap Korea Utara yang berlaku saat ini dapat diterapkan dengan ketat, maka sumber pendanaan Korea Utara untuk senjata pemusnah massal dapat diblokir secara signifikan. 

Menanggapi provokasi Korea Utara yang terus berlanjut, presiden Yoon mendesak Rusia dan Cina, sebagai negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB, untuk dapat melakukan upaya konstruktif demi menciptakan denuklirisasi Korea Utara. 

Dalam serangkaian pertemuan mulitlateral, Presiden Yoon mengatakan bahwa selain masalah Korea Utara, dia juga akan menyampaikan komitemennya untuk melindungi kebebasan, hak asasi manusia dan tatanan internasional berbasis norma di wilayah Indo-Pasifik.