Raja ke-4 di kerajaan Joseon, yaitu Raja Sejong menciptakan huruf Korea, Hangeul pada tahun 1443 walaupun adanya tantangan dari bawahan. 3 tahun kemudian, dia mempublikasikan Hunminjeongeum Haeryebon atau Edisi Penjelasan Hunminjeongeum yang menjelaskan tujuan penciptaan Hangeul dan prinsipnya. Buku tersebut menjelaskan alasan penciptaan Hangeul sebagai berikutnya.
Karena bahasa negeri ini berbeda dengan bahasa di Cina, maka tidak cocok dengan aksara Cina. Bahkan, jika orang yang bodoh ingin berbicara, sebagian besar dari mereka tidak dapat mengungkapkan maksud mereka. Karena itu, saya merasa sayang terhadap hal itu, sehingga membuat 28 aksara yang baru. Mudah-mudahan, aksara itu mudah dipelajari, agar rakyat umum bisa menggunakannya tiap hari dengan lebih nyaman.
Dengan kata lain, Raja Sejong yang Agung menciptakan huruf Korea Hangeul agar rakyat yang miskin, dan tidak sempat belajar aksara Cina yang cukup sulit, mudah mempelajari Hangeul untuk mengungkapkan maksudnya dan menggunakannya secara lebih nyaman. Kasih sayang terhadap rakyat yang tidak dihargai oleh siapapun pada saat itu.... Itulah alasan kenapa kita menyebut Raja Sejong sebagai Raja Sejong yang Agung.
Hangeul adalah satu-satunya aksara yang diketahui pencipta, tanggal penciptaan, dan prinsipnya diantara aksara-aksara di dunia ini. Oleh karena itu, Edisi Penjelasan Hunminjeongeum ditetapkan sebagai Warisan Memori Dunia UNESCO. Namun, yang lebih hebat dari itu, Hangeul adalah huruf yang mudah dipelajari oleh siapa saja. Hangeul mampu mengekspresikan segala pengucapan di dunia dengan hanya memanfaatkan 5 buah konsonan dan 3 buah vokal. Oleh karena itu, siapa saja di dunia ini dengan standar pendidikan tamatan perguruan tinggi mampu menulis nama dirinya dalam 1 jam saja setelah mulai mempelajarinya.
Raja Sejong yang Agung membuat beraneka macam karya sastra dengan memanfaatkan Hangeul setelah membuat Hangeul, seperti ‘Yongbieocheonga’ yang memuji pendirian Joseon, ‘Wolincheongangjigok’ yang mengandung ajaran dari Sang Buddha, dll. Ada musik yang menggunakan isi dari ‘Yongbieocheonga’ sebagai lirik lagu, yaitu lagu berjudul ‘Yeominrak’. ‘Yeominrak’ berarti ‘menikmati bersama-sama dengan rakyat’.
Demikianlah, Raja Sejong yang Agung menaruh banyak perhatian pada musik. Pada waktu itu, ada anggapan bahwa musik adalah politik. Karenanya, ada upaya untuk menyediakan landasan kokoh dan tersendiri terhadap musik. Untuk itu, mereka menetapkan kembali standar musik yang baru serta menciptakan alat musik dan beraneka macam musik sesuai standar itu. Lebih khusus, musik ritual kerajaan untuk pemujaan leluhur ‘Jongmyojeryeak’ yang diciptakan Raja Sejong yang Agung secara langsung masih dimainkan pada tiap hari Minggu pertama pada bulan Mei tiap tahunnya, saat mengadakan upacara ritual kerajan 'Jongmyojerye'. Musik itu ditetapkan sebagai warisan lisan dan non bendawi manusia UNESCO.
Sebenarnya, Raja Sejong yang Agung berkaitan erat dengan UNESCO. Pada tahun 1989, 'Penghargaan King Sejong' dibuat oleh UNESCO untuk penganugerahan kepada individu atau badan yang berjasa untuk memberantas buta huruf. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih banyak yang mengalami kesulitan karena tidak tahu aksara di dunia ini.
Nah, Hari Hangeul akan ada pada minggu depan. Menjelang Hari Hangeul, alangkah baiknya kita mengungkapkan rasa terima kasih terhadap Raja Sejong yang Agung.