CityNet menggelar workshop bagi para pegawai pemerintah dari berbagai kota di Indonesia mengenai pengelolaan risiko bencana yang inklusif pada Kamis (04/11) dan Jumat (05/11).
"Workshop Nasional Indonesia - Lokalisasi Ketahanan Inklusif dan Praktik Pengelolaan Risiko Bencana (DRM) Perkotaan" yang diselenggarakan secara virtual dari Seoul, Korea Selatan, oleh Sekretariat CityNet menghadirkan para pakar internasional dan pegawai pemerintah dari 6 kota dan kabupaten di Indonesia, yaitu dari Jakarta, Bandung, Banda Aceh, Surakarta, Sleman, dan Sidoarjo, serta partisipan dari negara-negara lain, termasuk Filipina, Sri Lanka, Thailand, dan Uganda.
Workshop tersebut merupakan ajang berbagi pengetahuan dan praktik terbaik mengenai kebijakan dan langkah untuk ketahahan dan pengelolaan risiko bencana inklusif.
Dengan memanfaatkan Toolkit dan Navigator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dari Urban SDG Knowledge Platform yang dikembangkan oleh CityNet, Pemerintah Metropolitan Seoul dan ESCAP PBB, para peserta workshop menilai kelayakan praktik-praktik DRM inklusif terbaik untuk dilokalisasikan di wilayah masing-masing.
Beberapa pakar internasional menjadi pembicara dalam workshop kali ini, di antaranya Chrysant Lily Kusumowardoyo dari Arbeiter Samariter Bund (ASB), Keiko Sakoda dan Bandita Sijapati dari Bank Dunia, Profesor Ye-hao Song dari Universitas Tsinghua, Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Harian BPBD Jawa Tengah, Ir. Safrudin, dan Profesor Wiku Adisasmito yang merupakan Juru Bicara Satuan Tugas COVID-19 Pemerintah Republik Indonesia.
CityNet didirikan pada tahun 1987 dengan dukungan dari Komisi Ekonomi dan Sosial untuk Asia dan Pasifik (ESCAP) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Program Pembangunan PBB dan UN-Habitat. Saat ini, CityNet telah berkembang menjadi asosiasi pembangunan perkotaan berkelanjutan yang terbesar di kawasan Asia-Pasifik dengan jaringan kota mencakup lebih dari 173 kotamadya, LSM, perusahaan swasta dan pusat penelitian.