Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 yang digelar di Hiroshima, Jepang akan berlangsung selama tiga hari mulai hari Jumat (19/05) hingga Minggu (21/05) mendatang.
Para pemimpin G7 akan mengunjungi Monumen Data Bom Atom di dalam Taman Peringatan Perdamaian Hiroshima pada hari pertama dengan panduan oleh Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida.
Hiroshima adalah lokasi jatuhnya bom atom untuk pertama kali di dunia pada tanggal 6 Agustus tahun 1945 lalu.
Di dalam Monumen Data Bom Atom, turut ditampilkan barang-barang peninggalan para korban yang terkena bom atom, kondisi kota Hiroshima sebelum dan sesudah terjatuhnya bom atom, dan lain sebagainya.
Pada hari Minggu mendatang, para pemimpin dari delapan negara observer KTT G7 termasuk Presiden Yoon Suk Yeol juga akan mengunjungi monumen tersebut.
Pemerintah Jepang berekspektasi bahwa kunjungan para pemimpin ke Monumen Data Bom Atom dapat mengingatkan kembali akan pentingnya pelucutan senjata nuklir.
Di sela pembukaan KTT G7, para pemimpin bertukar pandangan mengenai isu global seperti situasi di Ukraina, pelucutan senjata dan non-proliferasi nuklir, perubahan iklim, ekonomi dunia, dan lainnya, serta akan diakhiri dengan pernyataan deklarasi bersama.
Diperkirakan G7 akan menyatakan tekad kuat untuk mempertahankan ketertiban internasional berdasarkan hukum dengan menentang perubahan situasi oleh kekuatan menghadapi China yang mengisyaratkan penggunaan kekuatan militer ke Taiwan, serta Rusia yang menyerang Ukraina.
Selain itu, pihaknya akan menyatakan peningkatan kerja sama dengan negara-negara 'Global South' di dalam tugas global seperti keamanan energi dan bahan pangan, ekonomi dunia, perubahan iklim, kesehatan, dan lain sebagainya.
Sementara itu, juga turut digelar banyak pertemuan multilateral atau bilateral antara negara-negara di sela pembukaan KTT G7.
Banyak pihak yang menanti gelaran KTT antara Korea Selatan dan Jepang, serta Korea Selatan, Amerika Serikat dan Jepang yang digelar pada tanggal 21 Mei mendatang.