Cheongwadae ingin menggelar dialog antara dua Korea
Perang urat saraf antara Korea Utara dan AS semakin memanas, sehingga Choengwadae menekankan kembali perannya sebagai perantara. Biasanya, jika suatu pertemuan gagal dicapai, dua pihak terkait saling menyerahkan tanggung jawabnya ke pihak lain. Setelah KTT di Hanoi gagal mencapai hasil, Korea Utara dan AS mengeluarkan pesan yang terasa sensitif. Proses itu terasa wajar, namun situasi serupa dapat memperburuk fase selanjutnya. Namun demikian, Korea Utara dan AS kelihatannya masih menjaga momentum untuk berdialog, sehingga peran pemerintah Seoul kembali mendapat sorotan.
Setelah gagalnya KTT di Hanoi, AS mencurigai tekad denuklirisasi Korea Utara. Atas kecurigaan dari AS, Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son-hui memberi ancaman terkait pembukaan kembali uji coba nuklir. Setelah itu, AS berupaya menjaga sikap hati-hati dengan menekankan dialog.
Pada awalnya, Presiden Donald Trump tidak memberi reaksi apapun, sementara Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan dirinya tetap melanjutkan negosiasi dengan Korea Utara. Penasihat Dewan Keamanan Nasional(NSC) Gedung Putih John Bolton juga menekankan dialog walaupun sempat mengeluarkan peringatan kepada Korea Utara. Pelaksana Tugas Kepala Staf Gedung Putih Mick Mulvaney juga menekankan bahwa dialog dengan Korea Utara tetap akan berlangsung.
AS tetap menjaga
Jika mencermati situasi politik dunia internasional, ada peraturan khusus bahwa jika krisis semakin mencapai puncaknya, kemungkinan untuk bernegosiasi turut meningkat. Namun, pihak-pihak terkait harus berpendapat secara rasional. Saat ini, AS agak mundur di hadapan Korea Utara yang tetap menjaga sikap kerasnya. Sehingga pada waktu seperti inilah peranan negara sekitar sangat dibutuhkan. Oleh karenanya Cheongwadae terlebih dahulu mengusulkan dialog antara dua Korea.