Dewan Keamanan PBB pada tanggal 8 Maret telah menggelar rapat darurat dan mengadopsi pernyataan media yang mengecam peluncuran rudal Korea Utara.

Sebelumnya pada tanggal 6 Maret, Korut telah meluncurkan 4 rudal balistik ke arah laut timur.

Menurut otoritas militer Korea Selatan, keempat rudal Korut yang diluncurkan pada ketinggian di atas 260 kilometer itu menempuh jarak terbang yang sama dan tiga di atnaranya jatuh di Zona Ekonomi Eksklusif Jepang.

Peluncuran rudal Korut itu dilakukan hanya 22 hari setelah peluncuran rudal Pukguksong II pada tanggal 12 Februari lalu.

Berdasarkan foto peluncuran rudal yang dirilis Korut, rudal yang diluncurkan kali ini adalah rudal Scud-ER yang jarak jangkauannya ditingkatkan dengan memperbarui misil Scud yang sudah ada.

Peluncuran rudal itu dianalisis sebagai bentuk protes Korut atas latihan militer gabungan Korsel dan AS, sekaligus usaha membalikkan kondisinya yang tengah terpojok akibat pembunuhan Kim Jong-nam, dan juga memengaruhi kebijakan pemerintahan Trump terhadap Korut.

Provokasi peluncuran Korut itu akhirnya membuat Dewan Keamanan PBB mengeluarkan pernyataan media. Konsep pernyataan itu dibuat oleh AS dan 15 negara anggota termasuk Cina setuju secara bulat.

Pernyataan Dewan Keamanan PBB itu menyatakan, peluncuran rudal balistik Korea Utara pada hari Senin secara nyata melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB, sekaligus mengkritik peluncuran rudal Korut sebagai usaha untuk mengembangkan sistem pengangkutan senjata nuklir, sehingga akan mengganggu kestabilan di wilayah Asia Timur dan mendorong persaingan persiapan militer.

Dewan Keamanan PBB melalui pernyataannya mendesak Korut untuk bertindak sesuai dengan kewajiban yang diberikan masyarakat internasional, dan menegaskan bahwa negara-negara anggotanya telah menyetujui perlunya mengambil tindakan tambahan untuk Korut.

Sikap Dewan Keamanan PBB seperti itu menunjukkan bahwa Dewan Keamanan PBB menganggap peluncuran rudal Korut kali ini sebagai perihal yang serius.