Warta Berita

Semenanjung Korea, A to Z

Kumpulan Isu

Korut Lakukan Provokasi Peluncuran Rudal

Isu Sepekan2019-07-27

ⓒYONHAP News

Pada tanggal 25 Juli, Korea Utara (Korut) meluncurkan dua rudal balistik jarak pendek jenis baru dari daerah Wonsan ke arah Laut Timur. Korut kemudian secara resmi mengatakan peluncuran rudal itu merupakan peringatan untuk membantah latihan militer gabungan Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS).


Kantor Kepresidenan Korsel Cheongwadae mengidentifikasi proyektil Korut sebagai rudal balistik jarak pendek jenis baru. Cheongwadae membahas langkah penanggulangan untuk provokasi Korut dalam pertemuan Komite Tetap NSC yang dipimpin oleh Chung Eui-yong pada tanggal 25 Juli.


Rudal Korut yang pertama terbang sejauh 430 kilometer sementara yang kedua terbang sejauh 690 kilometer. Kedua rudal terbang pada ketinggian sekitar 50 kilometer. Rudal tersebut juga diluncurkan dengan menggunakan tempat peluncur bergerak (TEL) dan rudal kedua bergerak dengan cepat untuk menghindari penembakan pada tahap terakhir.


Para pakar menganalisis bahwa rudal Korut terbaru ini merupakan rudal yang disempurnakan dari rudal Iskander KN23 yang diluncurkan pada bulan Mei lalu. Rudal Iskander sendiri diketahui sulit ditembak.


Tidak seperti biasa, Korut menyatakan peluncuran rudal tersebut merupakan aksi protes bersenjata. Kantor Pusat Berita Korea Utara (KCNA) mengabarkan pada tanggal 26 Juli bahwa Korut melakukan peluncuran rudal sebagai bentuk peringatan bagi Korsel dan peluncuran itu telah dioperasikan langsung oleh Pemimpin Korut Kim Jong-un.


Dengan demikian, Korut menyatakan pihaknya menentang latihan militer gabungan Korsel dan AS ‘Dongmaeng 19-2’ yang akan diadakan awal bulan Agustus mendatang dan pembelian pesawat tempur Stealth oleh Korsel.


Berlainan dengan bulan Mei lalu, Cheongwadae menetapkan proyektil yang diluncurkan Korut sebagai rudal balistik. Sikap Cheongwadae itu diperkirakan untuk mendorong Korut agar segera duduk di meja runding. Jika proyektil itu benar adalah rudal balistik, maka Korut akan mendapat sanksi.


Presiden Korsel Moon Jae-in dalam wawancara dengan kantor berita utama di dunia bulan lalu sempat mengajukan solusi ‘penghapusan fasilitas nuklir Yongbyon setelah diverifikasi dan penyelesaikan sanksi secara bertahap’.  Namun, gagasan Moon telah dihalangi lewat penembakan rudal Korut tersebut. 

Sementara AS sendiri masih menginginkan pembicaraan tingkat kerja dengan Korut meskipun adanya provokasi tambahan Korut. Oleh sebab itu, kondisi kedepannya yang berkaitan dengan isu denuklirisasi Semenanjung Korea harus terus diperhatikan.

Berita Terbaru