Militer Korea Selatan diusulkan untuk melatih ahli nuklir atas pertimbangan adanya potensi perang nuklir.

Usulan itu disampaikan oleh Kepala Pusat Strategi Keamanan Forum Riset Pertahanan Global Park Cheol-kyun dalam seminar kebijakan pertahanan yang berlangsung di Balai Tentara Yongsan pada hari Kamis (22/06).

Park memperkirakan jumlah hulu ledak nuklir yang ditargetkan Korea Utara akan lebih dari 170. Jumlah itu dibutuhkan untuk menyerang bandara, pelabuhan, dan fasilitas militer utama di Korea Selatan dan sekaligus menghentikan bantuan Amerika Serikat (AS) ke Korea Selatan.

Menurut buku tahunan 2023 yang dirilis oleh wadah pemikir Swedia,  Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) pada 12 Juni, bahwa Korea Utara diperkirakan telah memiliki 30 hulu ledak nuklir pada Januari tahun ini.

Park menunjukkan bahwa lebih dari 10 tahun dibutuhkan untuk Korea Utara dalam memiliki hulu ledak nuklir yang diinginkannya serta kemungkinan perang nuklir adalah ancaman nyata. Hal itu terlihat dari hulu ledak nuklir, sarana peluncuran rudal, dan tren kebijakan kekuatan nuklir yang ditunjukkan oleh Korea Utara akhir-akhir ini.

Dia menilai kesepakatan Presiden Yoon Suk Yeol dan Presiden Joe Biden untuk pendirian Kelompok Dewan Nuklir merupakan keberhasilan signifikan dari segi peningkatan kekuatan eksekusi pencegahan yang diperluas.

Ia melanjutkan bahwa Korea Selatan telah mendiskusikan perencanaan strategis terkait nuklir bersama dengan AS, sehingga sudah saatnya untuk menaruh perhatian lebih dalam melatih ahli untuknya.

Dia juga meminta untuk adanya upaya diplomatik. Menurutnya, peningkatan kekuatan eksekusi pencegahan yang diperluas berarti upaya politik yang komprehensif juga diperlukan, termasuk upaya membangun kepercayaan dan dialog dengan Korea Utara untuk mengurangi kemungkinan kegagalan pencegahan.

[Photo : YONHAP News]