Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menandatangani 'Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif’ dalam pertemuan puncak antara Rusia dan Korea Utara di Pyongyang pada hari Rabu (19/06).

Kantor Berita Pusat Korea Utara (KCNA) pada hari Kamis (20/06) mengumumkan seluruh isi perjanjian kemitraan strategis komprehensif tersebut yang ditandatangani oleh kedua pucuk pimpinan kemarin.

Perjanjian itu terdiri atas 23 pasal, dimana dalam salah satu pasal yaitu pasal ke-4 tertulis, jika salah satu negara berada dalam keadaan perang karena invasi bersenjata, maka negara lain akan memberikan bantuan militer dengan segala cara tanpa penundaan.

Isi perjanjian itu hampir sama dengan pasal 1 perjanjian yang ditandatangani oleh Korea Utara dan Uni Soviet pada tahun 1961, dan pada konferensi pers bersama kemarin, Presiden Putin menyebutkan upaya 'saling mendukung' di saat darurat.

Isi perjanjian yang diumumkan Korea Utara lebih mengaktualkan 'bantuan militer', namun hal itu dapat ditafsirkan sebagai 'intervensi militer otomatis'. Sehingga ada analisis bahwa hubungan kedua negara berada pada level yang dekat sebagai semi sekutu.

Selain itu, dalam perjanjian itu juga disebutkan bahwa kedua negara memastikan perluasan kerja sama di bidang perdagangan, ekonomi, investasi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

Secara khusus, mereka memutuskan untuk mendorong pertukaran dan penelitian bersama di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk ruang angkasa dan energi nuklir untuk tujuan yang damai.

Hal itu meningkatkan kemungkinan bahwa Rusia dapat memberikan bantuan teknis yang lebih aktif terkait peluncuran satelit pengintai Korea Utara.

Dalam konferensi pers bersama kemarin, Presiden Putin juga mengatakan bahwa dirinya tidak akan mengesampingkan kerja sama militer dan teknologi dengan Korea Utara.

Sejumlah media di Korea Utara melaporkan, melalui perjanjian tersebut hubungan kedua negara meningkat menjadi aliansi yang tak terkalahkan.

[Photo : KBS News]