Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top
Gayageum
Di dunia ini, ada berbagai jenis musik. Diantara sekian banyak itu, musik apa rasanya paling enak? Barangkali, bagi kalangan remaja, lagu pop yang langsung mengena pada emosinya terasa sebagai musik yang enak, dan bagi penggemar musik klasik, musik yang terasa elok dianggap sebagai musik bagus. Selain itu, bagi penganut agama tertentu, musik yang mengingat dewa atau ajarannya dianggap sebagai musik yang bernilai tinggi. Nah, kalau begitu, bagi raja yang memimpin negara, musik apa yang ingin dia perdengarkan kepada rakyatnya? Para leluhur Korea mempercayai bahwa musik berpengaruh besar bagi emosi manusia. Mereka berpikir jika seseorang mendengarkan musik yang tenang, maka dia akan memiliki perasaan yang terasa damai. Selain itu, raja-raja berharap rakyat memiliki rasa percaya diri terhadap musik dari negaranya sendiri. Raja Gasil dari kerajaan Gaya dinilai sebagai raja yang peduli memimpin rakyat melalui musik untuk pertama kali dalam sejarah. Sebagai hasilnya, alat musik petik yang dinamakan Gayageum muncul di dunia ini.

Belakangan ini, bentuk alat musik petik Gayageum disempurnakan dengan yang baru. Gayageum yang memainkan Sangryeongsan disebut sebagai ‘Jeongak Gayageum’ atau ‘Beopgeum’ yang tetap mempertahankan bentuk Gayageum asli yang dimainkan oleh Ureuk selama 1500 tahun.

Biasanya, kita membayangkan Urek sebagai pembuat Gayageum, namun menurut catatan dari buku sejarah Samguksagi, pembuat Gayageum adalah raja Gasil. Katanya, bentuk bulatan dari Gayageum menyerupai langit, bentuk latar di bagian bawah menyerupai tanah, dan tiang untuk 12 buah senar berarti 12 bulan. Nampaknya, dia berharap bunyi dari Gayageum sangat cocok dengan suara alam. Nah, kalau begitu, musik apa yang sangat serasi dengan Gayageum? Raja Gasil memberi perintah kepada Ureuk untuk membuat musik yang serasi dengan kerajaan Gaya. Karena itu, Ureuk membuat 12 nomor musik yang diambil dari nama-nama wilayah. Musik pertama dinamakan ‘Hagarado’ yang merupakan kota Gimhae di era ini, dan musik kedua dinamakan ‘Sanggarado’ yang merupakan wilayah Goryeong.

Tidak lama kemudian setelah Ureuk membuat 12 nomor lagu permainan Gayageum, Gaya runtuh akibat serangan dari Shilla. Nampaknya, raja Gasil sudah memprediksi tercetusnya perang dalam waktu dekat, sehingga berupaya menyatukan hati masyarakat melalui musik. Akibat kekacaubalauan di dalam negeri, Ureuk menyerah kepada Shilla dengan membawa musik yang dibuatnya. Barangkali, hal tersebut ditafsirkan sebagai upaya untuk menjaga musik secara khusus dari Gaya. Raja Jinheung dari Shilla rela menyambut datangnya Ureuk, dan membuat para pemuda mempelajari irama permainan Gayageum. Namun, setelah para pemuda itu mempelajari musik dari Ureuk, mereka memperbaikinya sesuai dengan kehendak mereka. Memang, hal tersebut sempat membuat Ureuk marah habis-habisan, namun setelah mendengar musik itu, dia justru menjadi sangat terharu sambil meneteskan air mata. Raja juga menyukai musik itu, namun para pejabat pemerintah tidak menyukai musik karena beranggapan musik dari negara yang diruntuhkan akan kembali membuat suatu negara runtuh. Namun demikian, raja Jinheung menetapkan musik itu sebagai musik kenegaraan tanpa memedulikan para pejabat pemerintahnya. Salah satu alasan dimana Gayageum masih disampaikan hingga sekarang disebabkan karena ada seseorang yang mengakui nilai khusus dari Gayageum.

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >